Syaur Untuk Mama "Papua"

| , |

Diterik mentari tanpa atap kau berjemur tak henti walau genangan keringat membasahi tubuh mu, wahai mama kami, mama Papua,

Gemuruh hujan membasahi bumi, juga membasahi mu, kau tetap bertahan hanya tuk menjaga jualan mu dengan terus memeluk kedinginan tanpa henti…

Mama… Mama Kami anak Negeri di ujung Fajar,tuk ekonomi kami, dengan gigih kau berjuang, tuk hidup kami, dengan semangat tanpa pambri, kau korbankan jiwa mu…

Saat 2001 tertulis dilagit biru, kau tanpa pambri berjalan maju tuk memperjuangkan pasar mama-mama Papua…

Saat mentari membakar seluruh jagad raya tanpa ijin, kau mampu membendungnya dengan semangat juang yang membara…

Dengan telapak kaki kosong, kau berjalan melintasi jalan raya, di atas aspal yang panas membara saat terik membakar…
Walau perih kaki mu…

Walau sakit menusuk jantung mu…
Kau tetap melangkah maju dengan mengabaikan perih dan sakit dan penderitaan yang dalam, yang menguncang jiwa-mu, hanya tuk anak Negeri-mu.

Komitmen mu yang besar mengalahkan sakit perih, walau pasar tak kunjung datang juga, saat kau harus s’lalu melintas jalan aspal dengan teriakan “Hidup Mama Papua…!”, “Mana Pasar Kami…!

Tahun berganti tahun…Hari berganti hari…Pasar tak juga kunjung datang…Semangat juang mu tak perna henti walau sedetik berlalu…
Saat itu, saat kau berjalan menuju kantor Walikota dengan ditemani terik mentari, dengan sombongnya Sang Wali-Kota berkata “pasar tak akan memberikan pendapatan bagi daerah”

Saat kau berjalan menuju Kantor gubernur dan ditemani badai, gubernur pun berkata “Mulut saya adalah SK”, namun pasar tak perna dibangun hingga saat syair ini dikumandangkan….

Kini Presiden pun berjanji, diri-nya akan membangun pasar, namun sudah setahun, jangankan dibangun, tanda-tanda pun tak mampu dimunculkan…
Mama… mama… mama Papua ku yang ku cinta….

Hati ini sangat perih saat melihat mu dipermainkan oleh pejabat di Negara penuh 1001 dusta ini.Kini memasuki tahun belasan, tahun di mana menunjukan perjuangan yang ke-15 tahun…

Tahun dimana semua pejabat hingga Presiden pun membohongi mu…
Mama…, kini hanya genangan air mata yang bisa menemani ku, mengingatkan ku akan derita juang mu, walau di ujung negeri rantauan, ku mengenangnya…
Kau Patriot sejati kami…
Kau Pahlawan hati dan jiwa kami…

Biar dibalik ujung senja…Dibalik jauhnya tatapan kasih mu…Dibalik jauhnya wajah mu…Syair dan doa-ku, ku ukir tuk menganggumi mu,

tuk slalu berjuang dari ketidak berdayaan ku, tuk mu, wahai Mama kami, mama Papua.
Biarlah tetesan syair ini slalu mengukir jiwa kami tuk slalu berjuang bersama mu, dan slalu ada tuk mu, wahai mama kami…

Mama, ajarilah kami tuk slalu komitmen dengan perjuangan, s’perti baranya komitmen juang mu…

Mama, didiklah kami tuk slalu bertahan walau badai menghampiri…
Ijinkan kami tuk slalu mengikuti jejak-mu, wahai mama Papua…
Ijinkan kami tuk berbakti untuk mu, wahai mama Papua…
Kini, juang mu adalah juang kami…
Kini, hak mu adalah hak kami…

Kini, tangis dan luka mu adalah tangis dan luka kami…
Mama, Smangat juang mu tuk pasar dan ekonomi, adalah spirit dan pelita bagi semangat juang kami.

Penyair: MARTHEN GOO
Pin BB : 5A72EFEE
Facebook: Click Disini