Ingus Melele, Isap Kembali

| |


mengingat kisah masa kecil



Ketika seorang mama, melahirkan anak laki-laki maupun perempuan, selama kurang lebih enam bulan digendong oleh seorang ibunya. Semenjak bulan ke tujuh, perut jadi kaki untuk melangka kedepan. 

Awal masuk bulan yang sembilang, lutut jadi kaki untuk melangka meninggalkan tempat. Air, pecek, maupun tai tidak memandang, tapi pemikirang yang selalu muncul dalam diri seorang anak kecil adalah biar sudah yang penting saya bisa melangkah dengan menggunakan lutut. Awal masuk 2 tengah tahun mulai berdiri dan melangkah dua kali kedepan dengan menggunakan kakinya sendiri.

Saat anak itu dilepas  dari tangan seorang ibu, baik mulai berjalan dengan perut, lutut, berdiri sampai umur delapan tahun, hidungnya selalu penuh dengan ingus (EKUU) dan selalu mengeluarkan lidah untuk mengisap ingus. Ayah dan ibu selalu dan selalu terus melihat anak itu mengisap ingus, tapi malas tau karena pemikirang si anaknya enak. 

Semenjak ingus melele dan setiap detik hidung penuh dengan ingus, orang-orang sekitarnya malas melihat anak tersebut, dan mala membuang ludahnya kepada anak tersebut, anak tidak rasah perbuatan orang kepada Ia, tapi tidak semua orang.

Hari demi hari dan waktu demi waktu telah lalui, anak kecil tersebut jadi sudah remaja tidak terasa umur begitu bertambah, sudah semenjak 15-16 tahun. Ia bisa berpikir bahwa barang ini, bisa makan dan barang ini, tidak bisa makan, orang-orang sekitarnya masih ada rasa benci dan marah, karena belum tau latar belakangnya seorang anak tersebut. 

Semenjak 18- tahun sampai selanjutnya, orang-orang sekitarnya membuka mata besar-besar sambil senyum kepada si anak tersebut, karena mereka sudah mengetahui latar belakangnya si anak,  banyak alasan atau isu-isuan yang selalu mesuk ditelingah ia, pada hal semenjak anak kecil selalu benci dan selalu buang ludah padanya.

Perbuatan tersebut si anak kecil bisa ingat kembali, tapi pikirang yang selalu muncul dalam anak adalah masa lalu sudah berlalu, masa lalu adalah peristiwa yang saya sudah lewati. Pikirang anak memnang ajaib luar biasa.

zaman dulu sudah berlalu, zaman kini jalani dengan setelus hati, masa depan serakan pada TUHAN Yang Maha Kuasa, karena dialah selaganya bagi manusia.

Cerita terebut memang sedih dan selalu mengores hati seseorang, tapi jangan kita balas dendam dengan perbuatan orang lain, melaingkan merangkul semuanya. Binatang yang dilaut, darat dan tumbuhan yang didarat maupun hutan milik kita, apalagi manusia. Orang yang ada disekitar kita maupun lingkungan kita harus kita merangkul mereka, Karena mereka orang tua kita dan generasi kita masa yang akan datang.

Pikirang itu tanamkan dalam diri kita, maka jalan menuju masa depan kita akan terbuka dan kuasa TUHAN selalu mengalir dalam kehidupan kita..... God bless you.  PetuCs/LD