NAKAL BUKAN BERARTI
Ketika saya hadir didunia ini, kedua orang tua saya
menamai “george” selama saya hidup mulai dari saya dilahirkan sampai SMP kelas
3 aku patuhi kepada perintah orang tua. Setelah aku lulus SMP dari SMP Negeri
02 Kokas, melanjutkan pendidikan SMA di kota fak-fak. Lumayang jauh dengan
kampung halamanku. Selama 3 tahun saya sekolah di kota, setiap liburan saya
pulang dan selalu liburan bersama-sama keluarga di kampung halaman. Semenjak aku
pendidikan di kota fak-fak saya bergaul bebas dengan teman-teman sekitarnya. Bergaul
bukan hal-hal positif, tapi saya bergaul yang hal-hal negatif, baik minum
mabuk, dan lain-lain yang stidak bisa disebutkan satu persatu.
Setelah saya selesai pendidikan SMA saya ingin
melanjutkan kuliah, tapi ekonominya tidak mendukung maka saya mencoba tes IPDN.
Saat itu saya tanyakan kepada kedua orang tua saya, setuju untuk tes peserta
IPDN. Hari esoknya saya mulai mengurus administrasi untuk IPDN. Setelah 2
minggu kemudian saya dan teman-teman saya tes IPDN di ruang SMA YPK Fak-fak. Setelah
tes teman-teman saya mendaftar diri di Universitas lain, tapi keinginan saya
adalah Cuma peserta IPDN saja, karena mengingat ekonominya. Dua minggu
kemudian, hasil tes tersebut sudah temperkan di kantor BKD di Fak-fak. Puji TUHAN
diriku juga terdaftar di sebuah kertas aayang ditempel di kantor BKD. Setelah dua
hari kemudian saya dan teman-teman saya yang lulus daari tinggkat kabupaten
menuju ke manokwari untuk mengikuti tes IPDN tingkat provinsi. Tingkat provinsi
saya sudah lalui dengat semangat, dan saya kembali ke kampung halamanku untuk
menunggu hasil tes tersebut. Setelah 1 bulan kemudian ada berita RRI bahwa
nama-nama yang lulus hasil tes IPDN sudah ada dan tempel di kantor BKD Fak-fak, jadi peserta yang merasa bahwa
saya sudah ikut tes IPDN segera ke kantor BKD untuk melihat hasil kalian. saat
itu pagi hari begitu matahari bersinar,
saya menuju ke kantor BKD untuk melihat hasil tes saya. Puji TUHAN nama saya
juga terdaftar sebuah kertas yang sudah tempel di kantor BKD fak-fak. Saat itu
juga saya renungkan dan menangis
ditempat. Saya menagis bukan karena apa? Tetapi saya menangis sambil bersyukur
kepada TUHAN. Sebenarnya saya ini anak yang nakal, tapi luar biasa karena TUHAN
kabulkan permintaan saya untuk mempersiapkan masa depan saya. Setelah 3 hari
kemudian saya dan teman-teman saya yang lulus tingkta provinsi menuju ke
Jatinangor lewat jakarta.
Satu hari istrahat di wisma caringin jatinangor,
besoknya masuk ke kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri, kami sudah barada
didepan pintu gerbangnya, pendamping menyerahkan kepada panitia, dari situlah
mulai jalan jongkok sampai asrama IPDN Jatinangor yang biasa disebut (wisma). Hari
demi, waktu demi waktu 1 bulan telah
lalui, saat tiba untuk saya teman-teman saya dari sabang sampai merauke
mengkukukan sebagai PRAJA IPDN yang sebenarnya. Saat itu orang tuanya
teman-teman saya datng untuk saksikan anaknya dikukuhkan, tapi kedua orang tua
saya tidak hadir karena biaya transportasinya lumayang banyak 4,000,000. Detik itu
air mata saya terpaksa keluar karena disamping kiri dan kanan saya tidak nampak
kedua orang tuaku. Hari demi hari, waktu demi waktu telah berlalu, kini saatnya
aku sudah semester tujuh, saya bangga perjuangan anak nakal bisa mencapak ke
titik puncak, dan kedua orang tuapun demikian.
Anak Nakal, Bukan Berarti;
Anak Nakal Punya Kapasitas Dan Kapabilitas.
Anak nakal merantau
Orang merantau pasti mempuyai tujuan tertentu,
tujuan itu diantaranya adalah merantau untuk mencari ilmu, merantau dengan
kepentingan ekonomi, merantau untuk mencari pengalaman dan merantau untuk
berbagai hal lainya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dengan prinsip hati nuraniku ”MODAL KEHIDUPANKU
ADALAH KEYAKINAN” aku tetap semangat
dalam menjalani hidup keseharian, disaat hari-hariku selalu di halangi
oleh sesuatu yang saya tidak iniginkan, dalam hatiku selalu berkomitmen pada
prinsip hidupku.
Terkadang
jadi seorang perantau itu tidak menyenangkan, biasanya makan 3kali
sehari setelah merantau terkadang hanya
makan 2 kali sehari bahkan tidak makan pun seharian harus ditahan, rasanya
sangat sakit harus butuh kesabaran untuk menghadapi hidup, kadang saya ingin
menyerah dan meninggalkan kota Bandung dan saya selalu sedih di saat mengingat
orang tua di kampung halamanku.
Semuanya ini jadi sebuah tantangan yang sangat
besar dalam hidupku, harus mempunyai semangat yang tinggi untuk menjalaninya.
semakin banyak pengalaman ,pengetahuan, dan cara bergaul dengan teman, semua
itu jadi motivasi dalam hidupku. Jadi seorang anak perantau itu harus mempunyai
perjuangan dan tetap semangat dan takkan menyerah walau berbagai tantangan yang
harus di hadapi, tapi bertahanlah karena hidup adalah butuh perjuangan.
karya PetuCs/LD